Tuesday, October 12, 2010

"kamu salah, saya benar"

“kamu salah, saya benar”
“seharusnya begini, bukan begitu”


Begitu mudah kita menyalahkan orang lain, kenapa?
Contoh :
Okober 2010:
SBY menunda kunjungan ke Belanda karena isu RMS, bencana banjir Wasior yang “katanya lambat” ditangani atau issue pakaian presiden yang harganya ratusan juta.

Issue teroris:
“ngapain saja para intel dan Densus 88 selama ini? Setelah bom-nya meledak baru deh ribut nangkepin teroris”
atau komentar ini “Densus 88 gimana sih? Belum terbukti teroris aja sudah main tangkap”

Issue Malaysia:
“mari kita nyatakan perang dengan Malaysia”
“Presiden kita kurang tegas menghadapi Malaysia yang semena-mena”

Sekali lagi, kenapa kita terlalu gampang menyalahkan, menghakimi, memberi opini, bahkan mencaci maki orang lain yang “seolah-olah” berbuat salah.

Saya melihat fenomena ini dari sudut pandang yang sedikit berbeda.
Saya berada di posisi seolah sebagai orang yang sedang mengamati pendengar siaran radio sebuah pertandingan sepakbola. Di mana saya dan para pendengar lain tidak bisa menyaksikan pertandingan tersebut, tetapi hanya mendengarkan reporter yang bersemangat menggambarkan jalannya pertandingan. Ingat... selain saya ikut mendengarkan siaran, tetapi saya juga memperhatikan tingkah laku pendengar lain.

Saya perhatikan, semua pembicaraan reporter ditelan bulat-bulat oleh seluruh pendengar. Umpatan dan cacian keluar dari mulut pendengar yang kesal karena terbawa emosi. Padahal para pendengar sebelumnya belum pernah kenal dengan reporter tersebut. Tetapi kenapa mereka sangat percaya ya? Coba bayangkan jika ternyata si reporter itu berbohong? Tetapi para pendengar tidak peduli. Yang penting mereka dapat mengumpat dan mencaci sesuka hati. Toh pemain bola yang mereka umpat juga tidak mendengar.

Hal ini terjadi karena para pendengar tidak mencerna informasi yang diterima. Begitu pula kita sebagai warga negara. Sering kita menelan bulat-bulat informasi yang kita saksikan di televisi, yang diulang-ulang terus menerus, padahal stasiun televisi bisa saja menampilkan berita negatif karena ingin menjatuhkan seseorang atau hanya sekedar membuat “kehebohan” supaya rating-nya naik dan banyak perusahaan yang tertarik untuk memasang iklan.



Ingatkah anda dengan lagu “semut yang di seberang lautan jelas kelihatan, tapi gajah dipelupuk mata tiada kelihatan” ?



Ya, itu lagu dari Bang Haji…

Sadarkah kita akan hal itu?
Sudah bijak-kah sikap kita dalam menanggapi berita di media massa?
Silahkan menilai diri anda sendiri.

2 comments:

Anonymous said...

membaca seluruh blog, cukup bagus

Anonymous said...

czemu nie:)