Alkisah,
Di sebuah hutan pedalaman, hiduplah segerombolan monyet yang sangat sejahtera, mereka memiliki teknologi yang maju, memiliki hukum tata negara yang adil bijaksana. Di sana banyak sekali monyet pintar, angka kriminalitas rendah, angka kepuasan masyarakat sangat tinggi. Mereka dipimpin oleh raja gagah, seekor monyet muda yang sangat bijaksana. Semua masalah selalu ada solusi. Istilahnya sih: gemah ripah repeh rapih loh jinawi kerta raharja wibawa mukti jer besuki mawa beya. indikator-indikator tersebut tentu saja berdasarkan standard monyet. Bukan standard manusia. Hehehe....
Suatu hari,
Datanglah sebuah mobil Jeep 4x4 memasuki hutan perawan tersebut. Mobil tersebut dikendarai oleh para pemburu liar.
Para monyet panik, terheran-heran sekaligus ketakutan. Baru kali ini mereka melihat mahluk tersebut.
Raja monyet memanggil seluruh penasehat, menteri, para politisi, anggota dewan, panglima perang dan kaum cerdik cendekia, untuk meminta pendapat bagaimana cara menyikapi "mahluk pendatang baru" itu di hutan mereka.
Diperoleh kesimpulan mengenai ciri-ciri mahluk tersebut sebagai berikut:
Badannya seperti banteng, raungannya seperti harimau, matanya meyorot tajam seperti matahari. Larinya secepat macan, kekuatannya luar biasa. Dari tubuh mahluk tersebut keluar "monyet-monyet" aneh, tidak berekor, bulunya halus berwarna-warni. Rambutnya hanya di kepala, ada juga yang bermata empat. Mereka berjalan hanya dengan kaki belakang, berbeda dengan kebiasaan monyet di hutan ini. Hanya dengan menunjukkan tongkat dan tongkat tersebut menggelegar, seekor kijang langsung roboh bersimbah darah. Mereka juga memiliki tongkat mengkilat yang dapat menebas ranting-ranting. Mulut mereka terkadang mengeluarkan asap putih. Jika malam hari mereka dapat menciptakan api. Sungguh mereka itu adalah para mahluk ajaib dengan kekuatan luar biasa.
Jangan-jangan monyet-monyet ajaib itu akan menggulingkan kekuasaan, membantai para monyet atau bahkan akan menghancurkan seluruh isi hutan.
Begitulah monyet... meraka merasa paling pintar, paling beradab, paling segalanya. Monyet-monyet itu tidak tahu, bahwa ada mahluk yang lebih cerdas dari mereka yaitu manusia.
Begitu juga manusia... mereka merasa paling cerdas, paling tahu, paling mapan dan paling segalanya. Padahal manusiapun sama saja dengan monyet tadi. Muncul UFO panik, heran, bingung. Pergi ke planet Mars saja belum bisa, apalagi berkunjung ke galaksi lain di luar milky way. Dan banyak lagi misteri-misteri yang belum terpecahkan.
Allah menciptakan manusia dengan beberapa kelebihan dibanding mahluk lain, tetapi manusia juga merupakan sumber segala kekurangan dan kelemahan.
Sunday, October 31, 2010
Friday, October 29, 2010
Aku lebih tinggi
Prioritasku lebih tinggi dari kalian
Itulah yang menyebabkan aku selalu terburu-buru
Aku buang sampah sembarangan
karena aku tidak punya waktu untuk buang sampah di tempat yang disediakan
sampahku menyebabkan banjir, biarkan saja lah
aku tidak punya waktu memikirkannya
aku merokok di tempat-tempat umum yang terlarang
karena aku tidak punya waktu untuk pergi ke smoking area
aku langgar lampu merah dan rambu lalulintas
karena mereka semua membuat aku lambat
aku dan sepeda motor berteduh di underpass saat hujan, menyebabkan kemacetan di belakang
biarkan saja, karena aku tidak ada waktu untuk beli jas hujan
sepada motor aku naikkan ke trotoar saat macet karena aku buru-buru
aku parkir sembarangan karena aku tidak punya waktu untuk parkir di tempat yang benar
saat ada penyebrang jalan, aku pacu mobil aku lebih kencang
penyebrang jalan itu layak untuk menunggu lebih lama kok
saat ada lubang di jalan, ban mobil-ku mencipratkan air kepada para pejalan kaki
karena aku tidak ada waktu untuk mengurangi kecepatan
salah sendiri mereka, kenapa tidak naik mobil seperti aku
aku mengumpat, mencerca para pejabat lewat messenger, twitter, facebook, dan media online lain
karena mereka semua layak mendapatkan itu
mereka tidak tau kalau prioritasku lebih tinggi daripada apapun
para pejabat itu tidak sadar, kalau aku harus mereka layani, aku harus nyaman
aku malas bayar pajak, karena pajak hanya akan dikorupsi
tetapi aku tetap berhak menikmati fasilitas negara karena memang prioritasku lebih tinggi
kalian harus tau, bahwa aku lebih berhak daripada kalian
dan kalian pun harus tau, aku tidak punya kewajiban apapun kepada kalian
sekali lagi aku camkan
priorotasku lebih tinggi dari kalian
Tuesday, October 26, 2010
aku tidak cinta
aku suka sekali melihat awan
ada awan yang tipis dan bergerak cepat
ada yang bergelayut berat
ada yang membumbung tinggi di angkasa
ada yang bersinar cakrawala
tahukah kamu apa yang paling aku suka dari awan?
terkadang awan berbentuk mirip sesuatu
sesuai dengan imajinasi-ku
awan bisa jadi apa saja
bagaimana proses terjadinya awan?
untuk apa awan diciptakan?
kenapa ada awan?
entahlah…. aku tak peduli
aku hanya menikmati bentuk awan
aku hanya memotret awan
aku hanya melihat sinar di balik awan
aku hanya melihat awan sebagi hiasan
aku suka awan, tapi aku tidak peduli padanya
aku tidak cinta awan, karena awan tak perlu dicintai
Friday, October 22, 2010
bungaku
bungaku, mekarmu menyejukkan jiwaku
merah-mu, biru-mu, putih-mu bahkan hitam-mu
menghibur saat galau hinggap di pikiranku
menyemangati saat malas menerpaku
memberi keyakinan saat ragu berkecamuk di hatiku
gemulaimu mampu bertahan di tengah tandusnya gurun
lembutmu mampu bartahan dalam terjangan hujan badai
kasihmu menghasilkan madu
kelemahanmu adalah kekuatanmu
saat dekat denganku, tak bosan aku memandangmu
saat jauh dariku, selalu aku merindukanmu
bungaku, mekarmu akan kujaga sampai senja menjelang
merah-mu, biru-mu, putih-mu bahkan hitam-mu
menghibur saat galau hinggap di pikiranku
menyemangati saat malas menerpaku
memberi keyakinan saat ragu berkecamuk di hatiku
gemulaimu mampu bertahan di tengah tandusnya gurun
lembutmu mampu bartahan dalam terjangan hujan badai
kasihmu menghasilkan madu
kelemahanmu adalah kekuatanmu
saat dekat denganku, tak bosan aku memandangmu
saat jauh dariku, selalu aku merindukanmu
bungaku, mekarmu akan kujaga sampai senja menjelang
dedicated to my wife
Tuesday, October 19, 2010
Catatan kecil di 2008…
Seorang teman Pakistan bekerja di Indonesia…
Akhir pekan ke-enam….
“Tetapi….” Dia menambahkan.”di negara saya, isu kemanan juga menjadi hal yang paling utama, orang-orang tidak bisa berjalan-jalan secara bebas di jalanan seperti di sini. Di negara saya, beberapa tempat memberlakukan jam malam. Kamu tahu kan kalau Pakistan itu berbatasan dengan Afghanistan?” aku menggangguk mengiyakan.”Di Indonesia ini semua tempat terasa aman”. Lanjutnya
“Kamu harus bersyukur bisa tinggal di negeri yang indah dan aman ini” pungkasnya.
Kalau dipikir-pikir…. Betul juga dia. Teringat lagu KOESPLUS “….orang bilang tanah kita tanah surga, tonggak kayu dan batu jadi tanaman…….. bukan lautan hanya kolam susu…”
Terima kasih ya Allah, alhamdulillah… engaku takdirkan aku untuk hidup di negeri ini. Negeri yang subur makmur aman tenteram…
Empat pekan pertama dia tidak berani ke luar dari apartemen-nya karena takut dan belum kenal negeri ini.
Akhir pekan ke-lima, dia sudah mulai berani belanja di salah satu swalayan besar dekat apartemennya. Itupun setelah dia memberanikan diri, tanya sana-sini, browsing sana-sini buka website tentang negeri ini… dllAkhir pekan ke-enam….
Dia sudah berani jalan-jalan di pasar tradisional… beli buah-buahan, beli sayuran dll… tentu dengan bahasa isyarat. Hehehe... bayar pakai uang pecahan 50.000,- trus tunggu kembalian dari si penjual.
Akhir pekan ke-tujuh dan seterusnya….
Belanja di pasar tradisional paka acara nawar…
Berikut komentarnya:
“Indonesia aadalah negara yang sangat indah, subur dan kaya. Banyak hasil bumi berupa buah-buahan. Ada rambután, pepaya, semangka dan banyak sekali daun-daunan segar di pasar yang dimakan sebagai salad (lalapan) yang bahkan belum pernah saya lihat sebelumnya”. Semangat sekali kawan kita ini bercerita.
“Sayangnya saya juga melihat banyak sekali buah-buahan import di supermarket, dan sepertinya, buah-buahan lokal kurang dapat bersaing di sana, padahal buah lokal tidak kalah rasanya dengan buah-buahan import, ya kan?”. Seolah mencari pembenaran dia melanjutkan .
“Tetapi…. Seperti semua negara berkembang di asia… negara kamu dan negara saya sangat kental dengan kasus korupsi. Hampir di semua sektor, bayangkan jika pemerintah kamu membina para petani sehingga buah-buahan tropis dari Indonesia bisa diekspor… niscaya Indonesia ini akan lebih maju”
Saya hanya tersenyum mendengar komentarnya. Memang itulah kenyataannya.
“Kamu harus bersyukur bisa tinggal di negeri yang indah dan aman ini” pungkasnya.
Kalau dipikir-pikir…. Betul juga dia. Teringat lagu KOESPLUS “….orang bilang tanah kita tanah surga, tonggak kayu dan batu jadi tanaman…….. bukan lautan hanya kolam susu…”
Terima kasih ya Allah, alhamdulillah… engaku takdirkan aku untuk hidup di negeri ini. Negeri yang subur makmur aman tenteram…
lelah memikirkannya...
Friday, October 15, 2010
Sulitnya menentukan pilihan...
Teringat kembali tulisan mengenai keinginan memiliki aston martin.
Semakin hari semakin terasa tipis saja batas antara keinginan dan kebutuhan.
Huh….
Semakin sulit saja menentukan pilihan. Kenapa?
Mungkin karena terlalu banyaknya pilihan.
Ada windows ada apple ada linux
Ada symbian ada blackberry ada andriod ada apple ada windows mobile
Ada angkot ada ojek ada taksi ada bis ada kereta
Ada telkomsel ada indosat ada XL ada axis ada 3 ada flexi ada smart ada esia ada fren
Atau… Mungkin karena terlalu banyak godaan?
Entahlah…
Apapun alasan-nya, pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk selalu serakah, kemaruk, tamak.
Sudah punya satu, pengen punya dua. Sudah punya barang type canggih, pengen punya yang lebih canggih…
Saat pikiran dikendalikan hawa nafsu, saat itu pula batas antara keinginan dan kebutuhan semakin semu dan samar.
Mari kita sama-sama berdoa :
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”(HR Muslim 4899)
Amin..
Semakin hari semakin terasa tipis saja batas antara keinginan dan kebutuhan.
Huh….
Semakin sulit saja menentukan pilihan. Kenapa?
Mungkin karena terlalu banyaknya pilihan.
Ada windows ada apple ada linux
Ada symbian ada blackberry ada andriod ada apple ada windows mobile
Ada angkot ada ojek ada taksi ada bis ada kereta
Ada telkomsel ada indosat ada XL ada axis ada 3 ada flexi ada smart ada esia ada fren
Atau… Mungkin karena terlalu banyak godaan?
Entahlah…
Apapun alasan-nya, pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk selalu serakah, kemaruk, tamak.
Sudah punya satu, pengen punya dua. Sudah punya barang type canggih, pengen punya yang lebih canggih…
Saat pikiran dikendalikan hawa nafsu, saat itu pula batas antara keinginan dan kebutuhan semakin semu dan samar.
Mari kita sama-sama berdoa :
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”(HR Muslim 4899)
Amin..
Tuesday, October 12, 2010
"kamu salah, saya benar"
“kamu salah, saya benar”
“seharusnya begini, bukan begitu”
Begitu mudah kita menyalahkan orang lain, kenapa?
Contoh :
Okober 2010:
SBY menunda kunjungan ke Belanda karena isu RMS, bencana banjir Wasior yang “katanya lambat” ditangani atau issue pakaian presiden yang harganya ratusan juta.
Issue teroris:
“ngapain saja para intel dan Densus 88 selama ini? Setelah bom-nya meledak baru deh ribut nangkepin teroris”
atau komentar ini “Densus 88 gimana sih? Belum terbukti teroris aja sudah main tangkap”
Issue Malaysia:
“mari kita nyatakan perang dengan Malaysia”
“Presiden kita kurang tegas menghadapi Malaysia yang semena-mena”
Sekali lagi, kenapa kita terlalu gampang menyalahkan, menghakimi, memberi opini, bahkan mencaci maki orang lain yang “seolah-olah” berbuat salah.
Saya melihat fenomena ini dari sudut pandang yang sedikit berbeda.
Saya berada di posisi seolah sebagai orang yang sedang mengamati pendengar siaran radio sebuah pertandingan sepakbola. Di mana saya dan para pendengar lain tidak bisa menyaksikan pertandingan tersebut, tetapi hanya mendengarkan reporter yang bersemangat menggambarkan jalannya pertandingan. Ingat... selain saya ikut mendengarkan siaran, tetapi saya juga memperhatikan tingkah laku pendengar lain.
Saya perhatikan, semua pembicaraan reporter ditelan bulat-bulat oleh seluruh pendengar. Umpatan dan cacian keluar dari mulut pendengar yang kesal karena terbawa emosi. Padahal para pendengar sebelumnya belum pernah kenal dengan reporter tersebut. Tetapi kenapa mereka sangat percaya ya? Coba bayangkan jika ternyata si reporter itu berbohong? Tetapi para pendengar tidak peduli. Yang penting mereka dapat mengumpat dan mencaci sesuka hati. Toh pemain bola yang mereka umpat juga tidak mendengar.
Hal ini terjadi karena para pendengar tidak mencerna informasi yang diterima. Begitu pula kita sebagai warga negara. Sering kita menelan bulat-bulat informasi yang kita saksikan di televisi, yang diulang-ulang terus menerus, padahal stasiun televisi bisa saja menampilkan berita negatif karena ingin menjatuhkan seseorang atau hanya sekedar membuat “kehebohan” supaya rating-nya naik dan banyak perusahaan yang tertarik untuk memasang iklan.
Ingatkah anda dengan lagu “semut yang di seberang lautan jelas kelihatan, tapi gajah dipelupuk mata tiada kelihatan” ?
Ya, itu lagu dari Bang Haji…
Sadarkah kita akan hal itu?
Sudah bijak-kah sikap kita dalam menanggapi berita di media massa?
Silahkan menilai diri anda sendiri.
“seharusnya begini, bukan begitu”
Begitu mudah kita menyalahkan orang lain, kenapa?
Contoh :
Okober 2010:
SBY menunda kunjungan ke Belanda karena isu RMS, bencana banjir Wasior yang “katanya lambat” ditangani atau issue pakaian presiden yang harganya ratusan juta.
Issue teroris:
“ngapain saja para intel dan Densus 88 selama ini? Setelah bom-nya meledak baru deh ribut nangkepin teroris”
atau komentar ini “Densus 88 gimana sih? Belum terbukti teroris aja sudah main tangkap”
Issue Malaysia:
“mari kita nyatakan perang dengan Malaysia”
“Presiden kita kurang tegas menghadapi Malaysia yang semena-mena”
Sekali lagi, kenapa kita terlalu gampang menyalahkan, menghakimi, memberi opini, bahkan mencaci maki orang lain yang “seolah-olah” berbuat salah.
Saya melihat fenomena ini dari sudut pandang yang sedikit berbeda.
Saya berada di posisi seolah sebagai orang yang sedang mengamati pendengar siaran radio sebuah pertandingan sepakbola. Di mana saya dan para pendengar lain tidak bisa menyaksikan pertandingan tersebut, tetapi hanya mendengarkan reporter yang bersemangat menggambarkan jalannya pertandingan. Ingat... selain saya ikut mendengarkan siaran, tetapi saya juga memperhatikan tingkah laku pendengar lain.
Saya perhatikan, semua pembicaraan reporter ditelan bulat-bulat oleh seluruh pendengar. Umpatan dan cacian keluar dari mulut pendengar yang kesal karena terbawa emosi. Padahal para pendengar sebelumnya belum pernah kenal dengan reporter tersebut. Tetapi kenapa mereka sangat percaya ya? Coba bayangkan jika ternyata si reporter itu berbohong? Tetapi para pendengar tidak peduli. Yang penting mereka dapat mengumpat dan mencaci sesuka hati. Toh pemain bola yang mereka umpat juga tidak mendengar.
Hal ini terjadi karena para pendengar tidak mencerna informasi yang diterima. Begitu pula kita sebagai warga negara. Sering kita menelan bulat-bulat informasi yang kita saksikan di televisi, yang diulang-ulang terus menerus, padahal stasiun televisi bisa saja menampilkan berita negatif karena ingin menjatuhkan seseorang atau hanya sekedar membuat “kehebohan” supaya rating-nya naik dan banyak perusahaan yang tertarik untuk memasang iklan.
Ingatkah anda dengan lagu “semut yang di seberang lautan jelas kelihatan, tapi gajah dipelupuk mata tiada kelihatan” ?
Ya, itu lagu dari Bang Haji…
Sadarkah kita akan hal itu?
Sudah bijak-kah sikap kita dalam menanggapi berita di media massa?
Silahkan menilai diri anda sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)