Friday, August 19, 2011

Truk Yang Menyebalkan


Sejak adanya pembatasan truk yang boleh lewat di jalan tol dalam kota Jakarta, pengaruhnya lumayan terasa saat jam berangkat & jam pulang kantor. Jalan tol lebih lancar.

Semua truk yang akan melalui Jakarta dari arah barat menuju timur dan sebaliknya hanya boleh melewati jalan tol dalam kota antara jam 10 malam sampai jam 5 pagi saja. Selain jam tersebut, lalu lintas truk dialihkan ke jalan tol tanjung priok, tanpa kecuali.
Alhasil, kendaraan kecil dan bis dapat berjalan lebih lancar di tol dalam kota, karena yang dianggap biang kerok kemacetan di tol dalam kota adalah si truk-truk bongsor yang berjalan bagai siput.  Good job Pak! (Siapapun beliau yang punya ide pembatasan waktu tersebut)

Tetapi, pernahkah anda berpikir sebaliknya? Pernahkan anda berpikir bahwa anda adalah si sopir truk, atau kernet, atau si pemilik truk tersebut? Berapa extra cost yang harus ditanggung karena pengalihan jalur tersebut? Berapa jam waktu tempuh yang terbuang karena jarak yang tempuh yang semakin jauh? Berapa jam keterlambatan pengiriman barang dari kota satu ke kota lain akibat pembatasan jam tersebut?
Atau, pernahkan anda berpikir tentang kekuatan jalan tol tanjung priok yang hampir 100% merupakan jalan layang? Bayangkan, jalan layang dijejali banyak truk bermuatan berat, kecepatan lambat dan semakin macet? Kira-kira masih kuatkah jalan tersebut?

Sedikit saya jelaskan mengenai kapasitas dan daya angkut truk (berdasar pengalaman saya, bukan berdasar bukti otentik)
- Truk kecil(sejenis colþ diesel) : daya angkut maksimal yang diijinkan 4-6 ton. Tetapi bisa dipaksakan mengangkut barang sampai 8 ton.

- Truk sedang (sejenis fuso) : daya angkut 6-10 ton. Tetapi bisa dipaksakan mengangkut barang sampai 12 ton.
- Truk besar (sejenis truk pengangkut batubara): daya angkut 20 ton. Tetapi bisa dipaksakan mengangkut barang sampai 30 ton.

Wow.... Banyak beban overload ternyata...

Next...
Apakah jalan yang dibangun cukup kuat memikul beban truk-truk overloaded tersebut? Apakah jalannya dibangun sesuai spesifikasi standard, atau sebagian material-nya dikurangi karena "sesuatu hal" sehingga kekuatannya berkurang? .... Sebaiknya kita jangan spekulasi menuduh yang tidak-tidak. Biar jawaban tersebut tersimpan dalam hati.

Kemudian, pernahkan anda sadar apa isi atau muatan truk tersebut? Mereka mengangkut beras yang nasinya barusan anda makan. Mereka mengangkut tekstil yang bajunya anda pakai sekarang, seragam sekolah, buku pelajaran, sayuran, ban sepeda motor, alat rumah tangga, genteng atap rumah anda, pakan ternak dan semua barang lainnya.

Tanpa truk-truk menyebalkan tersebut, kira-kira seperti apa rupa kita sekarang?
Bisakah kita makan duku Palembang? Kopi Lampung? Tekstil Bandung? Atau pakai rice cooker buatan Surabaya?